Minggu, 30 September 2018

Keusilan yang Berbuah Manis


Situs agen judi online terpercaya Di siang hari yang terik itu, Nina tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya. Setelah membayar ongkos taksi, nina buru-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya.

“Eh, neng nina. Bibi kirain siapa.”

“Iya bi, cepetan dong panas nih.”

“Iya iya neng masuk..”

Nina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi rumi pun tak selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.

“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Nina lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynthia udah bilang kok neng Nina mau dateng. Cuman ada mas Tomi aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.

“Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cynthia yah bi. Disana aja ngadem.”

“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’

Dan bi rumi pun menghilang ke belakang, menyisakan nina sendirian. Nina pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cynthia. Nina dan Cynthia sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. Sedari SD hingga SMP Nina kerap bermain ke rumah Cynthia. Tak jarang di akhir minggu Nina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap Nina seperti keluarga sendiri.

Setibanya ia di kamar Cynthia, Nina segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cythia sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa jam kedepan. Nina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan tersebut gagal dan akhirnya Nina memilih untuk menghabiskan waktu saja di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Nina hanya memboalk-balik hapenya saja untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.

Cerita Dewasa Terbaik | Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar Tomi diseberang kamar Cynthia yang ternyata sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Nina pun memutuskan untuk mengisengi Tomi saja. Tomi sendiri adalah adik Cynthia satu-satunya yang terpaut jarak beberapa tahun. Saat itu Tomi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini tomi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Tomi sudah jauh berbeda dari yang dulu, namun tetap saja di mata Nina, Tomi adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cynthia.

Sambil berjingkat-jingkat Cynthia menghampiri kamar Tomi dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Tomi tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Nina pun mengendap-endap mendekati Tomi yang kala itu hanya mengenakan boxer yang terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu Tomi, Nina tercekat melihat layar komputer Tomi. Nina baru tersadar Tomi ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Nina sudah berada tepat di belakangnya. Nina mengurungkan niatnya sebentar dan bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Tomi yang sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Nina segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Tomi sambil berteriak kencang.

“HAYO LAGI NGAPAIN!”

Tomi nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan cepat Tomi mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Nina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur Tomi.

“K-kak Nina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Tomi masih sambil terbata-bata.

“Lagian elu sih Tom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Nina lagi di sela-sela tawanya.

Tomi tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.

“Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar nina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.

“Eh Eh! ngapasin sih kak Nina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Tomi sambil berusaha menghalang-halangi Nina.

“Ah berisik lu Tom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Nina sambil terkekeh.

Tomi tak bisa berkutik mendengar ancaman Nina. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah nina. Nina dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di lain pihak Tomi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.

“Ih gila lu Tom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Nina asal. Tomi yang makin salah tingkah yang justru membuat Nina makin bersemangat untuk mengusilinya.

Tomi bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi rumi ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga cynthia atau bahkan mamanya.

“Duh udah dong kak Nin, please ampun kak..” mohon Tomi. Tetapi Nina diam saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya.

“Ckck.. ga nyangka gue Tom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Nina lagi. Tomi makin memerah kupingnya mendengar ocehan Nina.

Dalam hati Nina memuji juga selera Tomi. Video yang diputar Tomi diam-diam agak membuat Nina hanyut juga. Apalagi rencana Nina berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Nina makin gemas saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Nina melirik Tomi yang berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Nina melihat Tomi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat pikiran kotor Nina bergejolak.

“Yauda deh Tom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.”

Sejenak Tomi bernapas lega mendengar perkataan Nina.

“Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”

“Yaaah.. please kak Nin, jangan dong kak.” Mohon Tomi seraya menarik lengan seragam Nina dengan wajah sangat memelas.

“Ih jangan pegang-pegang!” tukas nina sombong.

“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Tomi kasih, kak nina laper? mau pizza? Tomi pesenin ya?” rayu Tomi sengit.

“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas nina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Nina kembali berucap.

“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Nina jahil.

Tomi termangu tidak mempercayai perkataan Nina. Nina berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Tomi. Dalam hati Nina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Tomi.

“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam nina lagi sembari berakting melangkah pergi.

“I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Tomi.

Nina berdiri bercakak pinggang memandangi Tomi dengan pongah sambil tersenyum kecil. Tomi nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.

“Ayo cepet, lama banget lu ah Tom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Nina nina lagi mengancam.

panduan cara bermain | Tomi terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Nina memperhatikan pergerakan Tomi dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Tomi memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata nina membelalak manakala matanya menangkap perut bawah Tomi yang melengkung berbentuk V. Nina berpikir dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan nge-Gym.”

Tomi sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Tomi memerah padam tak sanggup membalas pandangan Nina sama sekali. Kini Tomi berdiri tanpa sehelai benangpun tak jauh dari Nina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.

“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Nina girang tatkala Tomi usai menanggalkan boxernya. Tomi masih hanya diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu hukuman.

“N-ngapain kak, udah dong Tomi udah kapok..” Mohon Tomi lagi dengan suara lemas.

“Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar nina cuek sembari terkikik geli.

Tomi dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras.

“Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Nina lagi. “Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. “ Ujar nina mengancam.

Mendengar ancaman Nina otomatis Tomi berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Tommy melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan dada Nina dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Tommy.

Nina dengan seksama melirik mata Tomi yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu Nina memilih untuk diam saja membiarkan tomi untuk melirik sesukanya, apalagi ia melihat penis tomi kian menegak keras. Nina pun makin lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.

“Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” hardik nina.

Tomi langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis tomi menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Nina pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis tomi. Untuk ukuran anak smp penis tomi bisa menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau kuliah bisa sebesar apa penis tomi. Nina jadi menelan ludah diam-diam.

“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Tom. Gue pengen liat segede apa.”

Tomi yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Nina. Dengan posisi itu Nina bisa meneliti betapa gagahnya penis tomi di depan mukanya itu. Tomi berdebar-debar gorgi manakala nina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan berurat membuat Nina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin gagah terlihat. Tomi jadi mengkhayal apabila nina mengoral penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya tomi apabila itu terjadi.

    Jangan lewatkan cerita dewasa terbaik lainnya: Istri abang tukang bakso.

“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Nina lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis tomi usai ia memandanginya lekat-lekat tadi.

Tomi pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan nina. Agak kecewa juga tomi karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.

“Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambag nina lagi.

“S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah tomi malu-malu.

“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Nina.

“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak nina suruh keluarin. Kalo emang turun lagi emang Tomi bisa kontrol? Hayo..” Ujar tomi lagi berusaha membela diri.

“Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke Cynthia.” Balas nina lagi.

“N-ngga ngga kak nin, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab tomi terbata-bata.

“Buka apaan?” Tanya nina lagi tidak sabar.

“Turunin branya aja kak nin. Dikit aja, b-biar tomi on lagi.” Tawar tomi malu-malu.

Sial, pikira Nina terdiam sesaat. Nina sebenarnya masih agak penasaran ingin melihat penis tomi hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran Tomi nina jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.

“Oke, fine. Sebelah aja tapi ya. Dan dengan satu syarat. Maksimal 10 menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap nina menyetujui permintaan toni.

Tomi mengangguk-angguk cepat girang. Nina dengan agak kesal membuka seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Tomi dengan gugup mengintip-intip tak sabar. Nina melirik sedikit kearah tomi, dan dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah payudaranya dari balik cup bra. Mata tomi melotot nyaris copot memandangi nanar payudara nina yang menggantung bebas di udara, serta pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.

Gairah tomi bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat tanpa disuruh. Nina terkekeh melihat ekspresi wajah tomi yang begitu cabul. Ia tahu apa yang diinginkan tomi. Dengan genit nina makin mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang tomi. Lalu dengan lembut nina menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya, dan mendesah kecil.

“Aduh.. geliiiii….”

Tomi makin kesetanan melihat aksi Nina. Dengan napas menderu ia berbisik ke nina.

“Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…”

Nina tersenyum nakal mendengar permohononan tomi. Dengan perlahan Nina mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya mendesah manja.

“Awh, Tom.. uuunnnch…”

Nina menggeliat manja sengaja memancing birahi tomi lebih lagi. Sialnya hari itu memang Nina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu dan show tomi didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan nina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani tomi.

Ditengah gelora nafsu tomi melihat tatapan nina yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini tomi melihat nina melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga kini nina asyik memainkan kedua puting susunya didepan tomi.

“Ouh kak nina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing tomi.

Nina tak menggubris bisikan tomi dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan nina terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Nina mengumpat dalam hati karena ia jadi ikut terangsang. Nina menjadi gemas sekali oleh penis tomi. Tapi ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan mengisap penis tomi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma tomi. Pasti legit sekali rasanya, pikir nina dalam hati.

“Kak nin, tomi pegel nih kak tangannya..” ujar tomi lirih. “Bantuin dong kak nin gantian, pleasee…” ujar tomi mencoba peruntungannya.

Nina melirik tomi tajam. Sial sekali tomi seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir nina dalam hati.

“Hm! Sial lu tom. Sini cepet!” jawab nina singkat sembari berusaha tetap cool.

Tomi berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Nina pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras tomi. Tomi menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan nina menggengam penisnya. Nyaris saja tomi ejakulasi merasakan halusnya tangan nina. Nina mendesis gemas sembari menyapu jengger tomi dengan jempolnya. Nina jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis tomi dalam genggamannya.

Dengan pelan nina mulai mengocok penis tomi naik dan turun. Tomi menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Nina menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan tomi. Ingin rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi tomi. Nina meludahi tangannya sendiri untuk melicinkan kocokannya. Tomi terbelalak dan mendengus nafsu melihat kebinalan nina seperti itu.

“Awghh… k-kak nin.. Enak bangettt… suerr…” ceracau tomi.

CLOK!

CLOK!

CLOK!

CLOK!

Bunyi kulit pelir tomi bergesekan dengan telapak tangan nina yang basah oleh liurnya sendiri. Nina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis tomi demi melicinkan lagi kocokannya.

“Kak nin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu tomi lagi.

Shit, pikir nina dalam hati. Sebenarnya memang nina sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu nina tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini posisinya tomi sudah meminta, jadi nina berpikir apakah ia akan mengiyakan permintaan tomi atau tidak. Namun dilain pihak nina juga begitu ingin mengecap sperma tomi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi, nina mencondongkan kepalanya maju.

“Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”

Nina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis tomi dan mengisapnya bak permen lolipop. Tomi mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan nina melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi nina juga menikmati mengisapi batang penis milik tomi itu. Bagaimana nina harus membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis tomi kedalam mulutnya.

“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…”

Nina melepahkan pelir tomi dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis tomi dan dijilatnya batang tomi mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat tomi kocar kacir. Nina mengeluarkan pengalamannya demi membuat tomi bertekuk lutut, sialnya tomi bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga nina harus berupaya ekstra.

Akhirnya tomi tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, tomi tiba-tiba menjambak rambut panjang nina dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Nina yang samasekali tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul tomi ketika penis gagah tomi terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Tomi dengan gilanya menggagahi tenggorokan nina tanpa ampun, membuat nina tersedak dan terbatuk-batuk hebat.

Bak di dalam video porno hardcore, nina hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa tomi. Diantara keberingasan itu nina anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas tomi ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri celana dalam nina.

“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….”

Tomi meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut nina. Cairan sperma tomi yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan tenggorokan nina. 1,2,3,4, kali penis tomi berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut nina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Nina yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika tomi usai menuntaskan orgasmenya, ia mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi komputernya lagi.

“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…”

Nina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Nina mengelap bibirnya yang belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke pipi. Tomi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari mengelap penisnya menggunakan tissue.

“Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu tom.. Hhh.hhh..” umpat nina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.

Tomi buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir nina yang masih tidak karu-karuan. Tomi dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Nina dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah tomi.

“Maap kak… tomi kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak nina hebat banget sih nyepongnya. Tomi jadi ga kuat..” Ujar tomi sambil malu-malu

“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus nina kesal.

“Iya deh maap ya kak nin, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu tomi.

“IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir nina sembari masih tersengal-sengal.

“Jangan gitu dong kak nih, haha. Enak kan kontol tomi? Buktinya kak nina ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar tomi sambil tersenyum-senyum.

“Halah, kepedean lu tom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos nina lagi.

“Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak nin belom keluar.. Karena tomi baik, sini gantian tomi bantuin, Kak.” goda tomi sambil tersenyum-senyum girang.

“EH EH mo ngapain lu tom? Ih lepass!”

Tomi segera merengkuh tubuh nina dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini oleh nina betapa badan tomi yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Tomi dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher nina. Bahkan tangannya tomi juga kini ikut menggerayangi dada nina.

“Tom.. tom udah tom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon nina berusaha menghentikan serangan tomi.

“Kenapa kak nin? Hmmmm…mmmuach… kan tomi cuman pengen bantuin kak nina aja, ga enak dong tomi tadi udah keluar duluan kak nina belom.. Mmmmwach..” ujar tomi terus menyerang tengkuk nina. Nina merasakan penis tomi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.

“Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan masukin ya tom. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah nina berusaha menghindar, nina merasa terpaksa menyerah ketimbang tomi terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.

“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak tomi jilatin kak.” ujar tomi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.

Nina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja nina pasrah oleh serangan tomi. Tomi nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat nina geleng-geleng kepala. Nina dengan agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam-dalam agar tomi tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.

“Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Tomi pengen jilat yang ini dulu..” Ujar tomi seraya meraba payudara nina. Sialan pikir nina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan tomi.

Dengan masih tersenyum-senyum cabul, tomi merabai payudara nina. Ditariknya lagi nina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Tomi dengan lembut menjawil puting susu nina dari balik bra.

“Eghmmm..”

Nina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Tomi tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan nina habis-habisan. Kini dua telunjuk tomi bermain di kedua puting susu nina yang kenyal. Nina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Tomi beralih kebelakang nina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting nina lembut. Untunglah pikir nina, karena tomi jadinya tidak bisa melihat ekspresi nina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh tomi.

Tomi terus memancing desahan nina untuk keluar. Dari posisi belakang, tomi dengan diam-diam kembali menciumi leher nina penuh nafsu. Nina tak kuasa menggelinjang merinding tatkala tomi mempermainkan tubuhnya seperti itu. Secara naluriah nina melingkarkan lengannya kebelakang merangkul leher tomi. Tomi begitu girang melihat gelinjang manja tubuh nina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Nina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini.

“Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli banget gue….” ceracau nina dalam kenikmatan.

Tomi dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik puting nina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping nina membuatnya bergetar keasyikan. Nina tak habis pikir bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.

Kemudian secara perlahan sebelah tangan tomi merayap kebawah dan membelai paha nina. Nina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan tomi untuk membuka kedua pahanya. Tomi mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam nina. Nina menoleh kearah tomi dan segera memagut bibir tomi penuh nafsu ketika jemari tomi merabai kemaluannya lembut.

“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin tomi?” tanya tomi mesra.

Nina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir tomi sembari badannya menggigil merinding ketika tomi terus menjamahi kemaluannya. Tomi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam nina. Nina yang kalap menjambak rambut tomi dan menciumnya makin dalam ketika jemari tomi mengusap bibir vagina nina yang berlendir.

“Ssshh.. Itilnya tom, itilnya mainin plis..” Mohon nina.

“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”

“Aggghhh tommm….”

Nina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah tomi menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan nina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Tomi menjawili mesra klitoris Nina. Kini bahkan kedua kaki nina berjinjit mengangkang di pinggir kasur membuat tomi makin leluasa mengerjainya.

“Ahmmm… gila tom enak bangettt.. Terusin tomm… kocokin memek gue tommm…”

Tomi segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan nina. Sangking basahnya dengan mudah jari tomi menelusup masuk. Tomi baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu saja basah. Tomi mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina nina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, nina merebahkan diri diatas kasur mengangkang sementara tomi diantara kedua kakinya terus mengorek-ngorek vagina nina.

“Tooom.. Gilaa…tommm…auhh terus tommm…. Mhmhh..”

Nina merengek-rengek liar ketika tomi memasukkan jari kedua kedalam vagina nina dan kemudian menyeruput klitoris nina dengan sedapnya.

“Shrrrrppppppptttt…..”

Nina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari tomi kedalam vagina nina dengan beringas.

“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue tom, kasarin tomm.. Ouggghhh fuck me!”

Tomi tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang nina ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Tomi merasa kedua jarinya diremas-remas kencang oleh dinding vagina nina. Nina mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga nina menyemburkan cairan encer dari dalam kemaluannya. Tomi terbelalak kaget ketika nina terus menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah menggenang.

Dan akhirnya nina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan tomi yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu tomi merasakan sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Nina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat. Tomi membiarkan Nina beristirahat sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Nina kembali sadar dan melirik lembut kearah Tomi.

“Sini Tom..” Panggil nina lembut.

Tomi mendekat diatas tubuh nina dan kemudian secara naluriah nina melingkarkan kedua kakinya di pinggang tomo, dan mencumbui bibir tomi mesra. Nina sendiri merasa takjub tomi bisa membuatnya orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti itu.

“Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar nina sembari tetap mendekap manja tomi.

“Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya tomi bisa bikin kak nin muncrat ampe segitunya..” kelakar tomi.

“Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar nina lagi sembari kembali mencumbu tomi manja.

“Haha.. berarti lebih jago tomi dong dari pacarnya kak nina? Kalo gitu pacaran sama tomi aja kak.. Tomi entot tiap hari deh janji..” rayu tomi nakal.

“Haha geer lu tom, emang siapa yang mau dientot sama lo?”

“Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”

Tomi terus merayu nina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina nina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris nina membuat nina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina nina yang sudah merekah dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak memperdulikan waktu.

“Emang lu bisa masukin tom? Yakin ga salah lobang?” goda nina sambil tersenyum genit.

“Wah meragukan nih. Bener ya? Tomi masukin nih… hmmmmm..”

“Coba aj–eggngnggghhhh….”

Nina seketika meringis ketika kepala penis tomi masuk tepat sasaran kedalam vagina nia masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti tadi. Tomi tersenyum penuh kemenangan melihat nina meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis tomi sudah merangsek masuk kedalam liang vagina nina. Tomi merasa birahinya naik lagi dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya vagina asli.

“Tomiii.. kok langsung masuk sihhh.. kak nina belom siap..” Protes nina dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.

“Tadi kak nina nantangin.. sshhh.. Tomi masukin lagi yah? ughh..” ujar tomi mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina nina.

Tomi dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina nina. Nina merengkuh leher tomi kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya. Hingga akhirnya dirasa batang penis tomi tertanam seluruhnya dalam vagina nina. Tomi berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina nina. Begitu juga nina yang menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis tomi. Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis tomi dibanding milik kekasihnya, dimana vagina nina belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.

“Gede banget tom…” bisik nina tanpa sadar oleh rasa takjub. Tomi jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama.

Dengan percaya diri tomi mulai menggenjot nina dibawahnya. Tomi dengan cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama.

POK.

POK.

POK.

POK.

POK.

Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan. Tomi dengan fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat nina dibawahnya makin kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan nina.

“Sshh.. sini kak nin gantian kak, entotin tomi yah.. hehe..” Ujar tomi sembari merengkuh badan nina.

Masih dalam posisi missionary, tomi merengkuh badan nina yang masih agak setengah fly. Kini posisinya nina duduk dipangku diatas tomi berhadap-hadapan dengan tomi berada dibawah. Nina dengan cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap penis tomi.

“Ughhh.. dalemm..” bisik nina manja.

Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal tomi menancap dalam. Nina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Tomi dengan sabar memegangi kedua bongkah pantat nina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat nina menunggangi tomi sambil terus meracau dan mendesah.

Tomi yang masih belum puas bermain dengan nina, menggiring nina ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki nina. Nina yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika tomi serta merta dengan gagahnya menggendong nina didalam dekapannya.

“Ahhg tomm, mo ngapain..?”

tomi tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan nina. Dengan sekejap tomi kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan nina masi dalam posisi berdiri menggendong nina seperti itu.

“AUGH!!”

Nina melolong antara ngilu dan nikmat ketika tomi lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Nina hanya bisa berpegangan kuat-kuat di leher tomi saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. Memanfaatkan gravitasi, tomi mengayun nina maju mundur. Badan nina terombang-ambing terus menerus dihantam oleh tomi yang beringas seperti kuda liar. Baru terasa oleh nina betapa tomi sudah jauh berbeda dari yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya.

Nina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan tomi makin membuat kakinya mati rasa. Sedangkan tomi masih dengan gagahnya menggendong nina dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat yang mengucur.

“Tom.. Tomii… TOMI!!”

Nina memekik kencang memanggil nama tomi manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim nina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat nina mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang tomi. Tomi dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha hingga kakinya. Tomi tersenyum melirik ekspresi nina yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.

Tomi dengan perlahan kembali menelentangkan nina di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan tomi. Nina yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari tomi. Tomi dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Nina, melihat dirinya yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah tomi kembali bergelora ketika membayangkannya.

“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Tomi masi belum keluar lagi nih..” Ujar tomi seraya membaringkan badan disebelah nina dan mengelus rambutnya yang berantakan. Nina mendengking pelan menghindari usapan tangan Tomi di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan tomi, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya nina enggan untuk meladeni nafsu bejat tomi yang ternyata diluar dugaan nina itu. Dengan gemas tomi menjambak rambut Nina dan berbisik kasar.

“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar tomi dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Nina. Nina seketika ciut mendengar perkataan tomi barusan. Ia tak menyangka Tomi bisa membuatnya ketakutan seperti itu.

“Mmmggghh..! Udah tom.. Please..” Mohon nina sepenuh hati. Didorongnya tomi menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Tomi yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Nina. Tomi kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala nina untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut nina.

“MMFHGHGHHH!!”

Nina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir tomi yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Tomi mengangguk-anggukkan kepala nina, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut nina.

“MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH–FWAAHHH…”

Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur nina, tomi pun mengangkat badan nina hingga nina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat nina. “Anngggghh!” Nina meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Tomi meraih pinggul nina, dan dengan tanpa ampun Tomi menelusupkan batangnya kembali kedalam kemaluan nina dengan kasar.

“NNGGHHH!”

Nina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis tomi kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi tomi segera menggenjot kemaluan nina sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

PLAK!

PLAK!

“Annnnghhhhhh ammmpuunn tommmm.. Amp–ngaaahhh!”

Nina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh tomi. Tomi dengan buasnya menghantam nina tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu nina malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam nina juga ikut menikmati sensasi kasar ala tomi terhadap dirinya yang baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat nina agak bosan. Perilaku kasar dan beringas tomi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia rasakan, dan anehnya nina malah lebih menikmatinya.

Tomi meraih rambut nina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” nina meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Tomi berdesis-desis menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek masturbasinya belaka.

“Shhhh..aahhh…ssshhhh……sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”

Kini tomi bahkan meraih leher nina dan mencekiknya hingga badan nina ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut dengan Tomi masih terus menghajar nina dari belakang tanpa ampun. Tomi mencekik leher nina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga nina dari belakang.

“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak nina? Hmm? Enak ngga tomi entotin gini?!” Bisik tomi seraya masih tetap tangannya melingkar di leher nina. Nina yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan nina bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat tomi, tak rela apabila tomi mengendurkan genjotannya. Nina begitu larut dalam kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.

“Mau ngga tomi entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!” Bisik tomi kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut nina semakin keenakan. Semakin kasar tomi, semakin birahi Nina berkobar.

“Agh-agh-agh-m-mau-to-tom-agh-agh-agh” Jawab nina terbata-bata akibat guncangan kasar tomi menyetubuhi dirinya.

“Shh–aah… kalo gitu-shh–terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”

Tomi dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam rahim Nina. Nina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya sama-sama memejamkan mata dan terlelap.

Cerita Dewasa Terbaik | Nina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat tomi yang masih terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam ingatan nina. Dan entah mengapa Nina jadi tidak perduli dengan semua urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir tomi lembut sambil ia tersipu malu dan nina pun kembali merebahkan diri disebelah tomi.

“Mhh.. kenapa kak nin? Dah bangun?” Ujar tomi yang setengah tersadar.

Panduan Sbobet Ngga, gapapa. Tidur lagi gih..” Balas nina manja, sembari merengkuh kekasih barunya itu didalam pelukannya.

Untuk menghubungi kami Di Onestepwin :



Live chat : Onestepwin.com
Link Alternatif : Solusiwin.com

Line : Onestepwin
Line : Onestepwin99
Telp : +62 823-625-99888
WhatsApp +66 994213287
BBM : e3396fa1
BBM : e3d22d01
Wechat : solusiwin

Jam Buka : 24jam/nonstop

Sabtu, 29 September 2018

Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur


Situs agen judi online terpercaya Aku Sintia, sehabis lulus smu aku dinikahkan ortu ke temen ortu, dah agak berumur si, tapi suamiku itu tampan, tajir kerna meiliki beberapa perusahaan yang berhasil dalam bisnisnya, dan juga sangat workaholik. Aku sangat menikmati kehidupan suami istri ketika berbulan madu. Suamiku menggarap aku setiap saat dia bernapsu, tetapi begitu kembali ke dunia nyata, diapun kembali ke kebiasaannya yaitu workaholik, dia sangat sibuk ngurusi semua perusahaan. Aku secara materi berkecukupan, tapi secara batin sangat kesepian. Apalagi aku menikah masi umur belasan dan ini tahun pernikahanku yang kedua.

Koleksi Cerita Sange | Aku memang nurut aja apa kata ortu sehingga ketika dijodohkan ya iya aja. Kebetulan aku sejak kecil suka ikut masak ma ibuku sehingga kebiasaan itu terbawa sampe sekarang walaupun aku masak hanya untuk diriku sendiri kerna suami gak pernah makan dirumah. Pulang selalu dah larut malem sehingga dah cape dianya dan gak ada niat menyentuh aku. Kalo weekend dan dia ada dirumah, kami selalu makan diluar. Itupun jarang kami bermesraan kerna abis makan malem biasanya dia tenggelem ma kerjaannya sampe aku tertidur duluan dan dia nyusul karna dah ngantuk berat.

Aku suka makanan segar sehingga bahannya juga kudu segar, kalo beli di supermarket itu sudah tidak segar kerna dah lama dipetiknya, makanya aku nunggu tukang sayur aja kalo mau masak. Aku si gak punya langganan tukang sayur yang tetep, tapi suatu pagi kuliat ada tukang sayur yang gi berdiri depan rumahku, dia menghadap ke rumahku, rupanya dia lagi kencing. Aku kaget banget liat kon tolnya, item besar panjang padahal lagi gak ngaceng. Palagi kalo gi ngaceng tu, kaya apa gedenya. membayangkan itu memekku jadi basah.

Kerna gak mo mempermalukan si tukang sayur, ku nunggu dia slesai pipis baru kluar rumah. Tu bapak tampangnya kaya orang timteng, pantes kon tolnya gede panjang gitu, tapi logat ngomongnya sunda pisan. Ku panggil ja mamang. “Mang orang sunda ya, atau orang arab”. “Bapak saya arab tapi ibu sunda pisan neng, kenapa nanya gitu”. “Gak apa, iseng ja nanya mang”. Aku beli beberapa sayuran dan dia nawarain nanas jualannya. Kubilang aku males ngupasnya, trus dia jawab nti dia kupasin, cuma sehabis dia dagang nti dia balik lagi.

Cerita Sange Terbaru | Wah kesempatan ni, pikirku. Kali2 bisa nikmati kon tol jumbonya, aku jadi ngeres kerna masih terbayang terus kon tolnya yang besar panjang dalam keadaan lemes gitu. “Ya boleh deh mang, nanasnya aku ambil semua, tapi bener ya nanti mamang balik lagi buat ngupasin nanasnya”.

Transaksi selesai dan dia pergi sementara aku masuk dan mulai mengolah sayur yang kubeli ditambah beberapa bahan laen dari lemari es, sehingga tersajilah beberapa lauk untuk aku makan siang dan makan malem, nasi masi ada sisa kemaren sehingga cukup diangetin aja.

Makan siang selesai, dia blon dateng juga, aku ngantuk dan tertidur, sampe aku bangun rasanya gak ngedenger ada orang ngetok pintu pager. Aku mandi, ketika ditengah acara cuci rambut terdengar ada bel berbunyi, wah nanggung ni, cuci rambut lon beres dia dah datang.

Ya dah ku balut tubuhku pake jas kamar dan membungkus rambutku dengan anduk, Aku gak pake apa2 dibawah jas kamar, ikat pinggang ku ikatkan asal aja sehingga bagian dada tersingkap kalau ku bergerak. Aku keluar membukakan pintu pagar dan segera kembali masuk rumah. Kuminta dia ngunci pintu pager dan kupersilah kan dia masuk langsung ke dapur tempat aku meletakkan nanas2 yang tadi kubeli.

Ku liat dia rapi gak acak2an kaya waktu dagang tadi, rambutnya juga rapi disisirnya, kayanya dia dah mandi dulu seblon ke tempatku. Biat tukang sayur dia cukup kerenlah sebagai lelaki. Matanya membelalak meliat aku yang cuma terbungkus jas kamar yang mini banget. Dadaku tersingkap cukup lebar kerna ikatan dipinggang longgar aja, sehingga belahan toketku nampak. Biar aja deh dia napsu ma aku, kali ja dia mau garap aku setelah beres kupas nanasnya. aku balik ke kemar mandi untuk menuntaskan acara keramasku. Aku jadi horny sendiri, sambil mandi aku menggosok2 toketku sampe pentilku mengeras. aku ngilik itilku sendiri sampe aku nyampe.

Cerita Sange Berat | Aku kaget karena cukup lama aku berswalayan, sampe lupa si tukang sayur gi motongin nanas. Segera aku memakai daster tanpa daleman sama sekali dan keluar. “Sori ya mang, lama ya, sekalian nyuci sih”, kataku. “Nyuci apaan neng, kan ada mesin cuci”. “nyuci yang gak bisa pake mesin cuci. Dah beres ya mang ngupasnya”, kataku. “Udah neng, tinggal dipotong kecil2 aja kalo mo dimakan.

Mo sekalian dipotong2”. “Gak usah deh mang, biar nanti ku potong sendiri kalo mo dimakan”. “Prempuan kan gak bole makan nanas banyak2 neng”. “Mangnya kenapa mang”. “Bisa becek”, jawabnya sambil nyengir. “becek apanya mang”, tanyaku pura2 gak ngerti. “Itunya neng, jadi gak seret lagi kan kalo becek”. “apanya yang becek dan seret si”, aku masi terus bersandiwara. Dia mandangi dadaku terus, emang si dasternya tipis jadi pentilku membayang jelas di dasterku. aku hanya mengenakan daster mini, sehingga paha mulusku menjadi tersingkap, matanya bergantian menelusuri dada dan pahaku. “Ih mamang matanya jelalatan gitu”. “Bisnya neng ngasi liat gitu si”. Wah dah konak ni, itu yang kutunggu2, ku jadi nunggu aja ni apa tindakan dia lebi lanjut.

Aku memasukkan nanas yang sudah dikupas ke lemari es, kemudian menarik tangannya untuk duduk di sofa. Ketika duduk dasterku naik keatas. Aku membiarkan ketika tangannya diletakkan perlahan didengkulku. Dia mulai mengelus2 pahaku. Makin lama elusannya makin keatas, dasterku disingkapnya sehingga pahaku terkespose semuanya.

Cerita Sange Terbaru | Elusannya mengarah ke selangkanganku, aku mengangkangkan pahaku secara otomatis. Ketika jarinya mulai mengelus memek dari luar cdku, aku melenguh nikmat, “maaang”. “Napa neng”, katanya sambil mencium pipiku. “Geli mang”. Elusannya menjadi gerakan mencongkel, memekku basah dengan sendirinya dan nyerep ke cdku. itilku menjadi sasaran berikutnya. “Neng dah basah gini, kamu dah napsu ya”, kembali dia mencium pipiku. “Mamang nakal sih tangannya”, jawabku manja. Akhirnya dia menghadapkan tubuhnya ke arahku. kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku.

Tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan penuh napsu. Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya membuka kancing daster ku dan kemudian menyelusup kedalam dan meremas toketku. toketku tercakup seluruhnya dalam tangannya. aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal pemanasan. Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan dasterku, leherku dikecup, dijilat kadang digigitnya.

Aku mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia melepaskan dasterku. Sambil tangannya terus meremas-remas toketku. Bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan.

Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. memekku yang pasti sudah basah sekali. Dibelainya celah memekku lagi dengan perlahan. Sesekali jarinya kembali menyentuh itilku. Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya.

Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus tubuhku yang terakhir. Jarinya mulai sengaja memainkan itilku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam memekku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya jembutkudan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari.

Dan akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir memekku sambil menghisap itilku. Dia benar benar mahir memainkan memekku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan.

Panduan Sbobet Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku hingga napsuku bangkit kembali dengan cepat. “Mamang pinter banget ngerangsang aku. Biasanya sama siapa mang maennya. Aku sudah pengen dientot.” kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar.

Dia tidak menjawab, bangkit dan mengangkat badanku yang sudah lemes dan dibawanya ke kamarku. Aku dibaringkan di ranjang dan dia mulai membuka bajunya, kemudian celananya. Aku terkejut melihat kon tolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDnya. Kemudian dia juga melepas CD nya.

Cerita Sange 2017 | Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. kon tolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Aku merinding apakah muat kon tol segitu besarnya di memekku. Dan saat dia pelan-pelan menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar memekku menunggu masuknya kon tol extra gede itu. Aku pejamkan mata.

Dia mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kon tolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku terdesak menyamping. Terdesak kepala kon tolnya yang besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku dimasuki kon tolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kon tolnya. Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kon tol itu menyentuh bagian dalam memekku. Terasa sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang. Dia terus menciumi bibir dan leherku.

Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kon tol besar yang mulai dienjotkan halus dan pelan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar itu. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat.

Dengan tusukan kon tolnya yang agak kuat dan dipepetnya itilku dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Maang, aku nyampe maang”, Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas.

Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku penuh napsu, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan. Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih kuat.

Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia mengenjotkan kon tolnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi. Dia terus mengenjotkan kon tolnya dan kali ini dia ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam memekku, menyembur berulang kali.

Cerita Sange 2017 | Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi memekku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. “Neng luar biasa, memeknya peret dan nikmat sekali. Gak apa kan aku ngecret didalem”, pujinya sambil membelai dadaku. “Gak apa kok mang, lebih nikmat lagi kesemprot peju anget. Mamang juga hebat. Bisa membuat aku nyampe beberapa kali, dan baru kali ini akubisa nyampe dan merasakan kon tol raksasa. Hihi..” “Jadi neng suka dengan kon tolku?” godanya sambil menggerakkan kon tolnya dan membelai belai wajahku. “Ya mang, kon tol mamang nikmat, besar , panjang dan keras banget” jawabku jujur. Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung mencabut kontolnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari kon tolnya makin mengecil.

Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai toketku. Aku merasakan pejunya yang bercampur dengan cairan memekku mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku. Tak lama kemudian tertidurlah aku dalam pelukannya, merasa nyaman dan benar-benar aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.

Aku bangun masih dalam pelukannya. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Hari dah menjelang sore. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Dibimbingnya aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang mengganjal memekku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin saking banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam memekku. Dalam bathtub yang berisi air hangat, aku duduk di atas pahanya. Dia mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni punggungnya. Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku.

Sesekali aku menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu dan dipenuhi busa sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal pahaku yang terendam air hangat tersenggol2 kontolnya. Hal itu menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Dia mengusap-usap pantatku dan diremasnya. kon tolnya pun mulai ngaceng ketika menyentuh memekku. Terasa bibir luar memekku bergesekan dengan kon tolnya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya terus menyusuri pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung jarinya menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan memekku. “mamang nakal!” desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku.

Cerita Sange 2017 | Walau tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari memekku. Aku menggeliatkan pinggulku. Ia mengecup leherku berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir memekku. Tak lama kemudian, tangannya semakin jauh menyusur hingga akhirnya kurasakan lipatan bibir luar memekku diusap-usap. Dia berulang kali mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. ”Aarrgghh.. Sstt.Sstt..” rintihku berulang kali. Lalu aku bangkit dari pangkuannya. Aku tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di memekku.

Tapi ketika berdiri, kedua lututku terasa goyah. Dengan cepat dia pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhku. Dia tak ingin aku terjatuh. Dia menyangga punggungku dengan dadanya. Lalu diusapkannya kembali cairan sabun ke perutku. Dia menggerakkan tangannya keatas, meremas dengan lembut kedua toketku dan pentil ku dijepit2 dengan jempol dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan.

Lalu dia mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. “Mang, lama amat menyabuninya” rintihku sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan kon tolnya semakin keras dan besar. Hal itu dapat kurasakan karena kon tolnya makin dalam terselip di pantatku. Tangan kiriku segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelernya dengan gemas. Dia menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal pahaku.

Sesaat dia mengusap usap jembutku, lalu mengusap memekku berulang kali. Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar memekku. Dia mengusap berulang kali. itilku pun menjadi sasaran usapannya. “Aarrgghh..!” rintihku ketika merasakan kon tolnya makin kuat menekan pantatku. Aku merasa lendir membanjiri memekku. Aku jongkok agar memekku terendam ke dalam air. Kubersihkan celah diantara bibir memekku dengan mengusapkan 2 jariku.

Ketika menengadah kulihat kon tolnya telah berada persis didepanku. kon tolnya telah ngaceng berat. “Mang, kuat banget sih, baru aja ngecret di memekku sekarang sudah ngaceng lagi”, kataku sambil meremas kon tolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kon tolnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kon tolnya. Dia meraih bahuku karena tak sanggup lagi menahan napsunya.

Setelah berdiri, kaki kiriku diangkat dan letakkan di pinggir bath tub. Aku dibuatnya menungging sambil memegang dinding di depanku dan dia menyelipkan kepala kon tolnya ke celah di antara bibir memekku. ”Argh, aarrgghh..,!” rintihku. Dia menarik kon tolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar memekku ikut terdorong bersama kon tolnya. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolnya sambil berkata “Enak neng?”. ”Enaak banget mang”, jawabku!” Dia mengenjotkan kon tolnya dengan cepat sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya meremas toketku. “Aarrgghh..!” rintihku ketika kurasakan kon tolnya kembali menghunjam memekku. Aku terpaksa berjinjit karena kon tol itu terasa seolah membelah memekku karena besarnya. Terasa memekku sesek kemasukan kon tol besar dan panjang itu.

Kedua tangannya dengan erat memegang pinggulku dan dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pantatku. “Aarrgghh.., aarrgghh..!Mang.., aku nyampe..!” Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya.

Rupanya dia juga tidak dapat menahan pejunya lebih lama lagi. “Aarrgghh.., neng”, kata nya sambil menghunjamkan kon tolnya sedalam-dalamnya. “Mang.., sstt, sstt..” kataku karena berulangkali ketika merasa tembakan pejunya dimemekku. “Aarrgghh.., neng, enaknya!” bisiknya ditelingaku. “Mang.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dien tot mamamng”, jawabku karena nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara kon tolnya masih nancep dimemekku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolnya yang masih menancap di memekku. Kemudian dia membimbingku ke shower,menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat.

Setelah selesai aku keluar duluan, sedang dia masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku keluar dari kamar mandi. Hari dah mulai gelap. Aku menyiapkan makan malem sambil tetep bertelanjang bulat. Masakanku tadi siang kuangetin lagi, demikian juga nasinya. Diapun keluar kamar bertelanjang bulat juga, sepertinya dia masih mau sekali lagi. Kami nyantap makanan sambil ngobrolin kenikmatan yang baru kami nikmati. “Mamang pengalaman sekali ngegarap tubuhku, sampe aku klojotan berkali2, biasanya garap siapa mang?. “Iya neng, biasanya aku suka maen ma pembantu2 aja yang pengen kugarap, baru sekali ini maen ma yang punya rumah. jau lebi nikmat lah ma neng, neng mana cantik, putih, mulus lagi”.

Setelah makan, aku ngajak duduk di sofa. dia memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai meremas gemes toketku, kemudian tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit.

Cerita Sange | Aku bersimpuh di depannya dan ternyata kon tolnya sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kon tolnya ku raih, ku belai dan sebelum penuh ngacengnya langsung aku kulum kon tolnya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolnya makin membengkak dan dia mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh. “Mamang hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk mang”, kataku yang juga sudah terangsang. Rupanya dia makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke kamar.

Aku berbaring diranjang yang masih berantakan sisa pertempuran seru tadi. Kakiku ditahannya sambil tersenyum, diteruskan dengan membuka kakiku dan dia langsung menelungkup di antara pahaku. “Aku suka melihat memek neng” ujarnya sambil membelai bulu jembutku. Aku merasakan dia terus membelai jembutku dan bibir memekku. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka memekku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukannya. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir memekku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari memekku. Dia terus memainkan memekku seolah tak puas-puas memperhatikan memekku, kadang kadang disentuh sedikit itilku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibirnya. Terasa dia menghisap lubang memekku yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk memekku, dan saat dihisapnya it ilku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung itilku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak..“Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi. “Ayo dong mang, aku pingin dientot lagi” ujarku.

Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan kon tol gedenya ke arah memekku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang kon tolnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir memekku. Kembali aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala kon tolnya telah menyentuh di antara bibir memekku, aku menahan nafas untuk menikmatinya. Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala kon tolnya mulai menyelinap di antara bibir memekku dan menyelusup lubang memekku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan dia mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. kon tolnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Dia menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas.

Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah dia puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengenjotnya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak.

Tak tahan aku berteriak, terus Dia menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal ngen tot dengan dia, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam ngen tot, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara.

panduan cara bermain Lamunanku lepas saat pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan, tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas toketku. Pelan-pelan mulai dienjotkan kon tolnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai pentilku. Dan kon tolnya dipompakan dengan penuh napsu, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa. Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat.


Untuk menghubungi kami Di Onestepwin :



Live chat : Onestepwin.com
Link Alternatif : Solusiwin.com

Line : Onestepwin
Line : Onestepwin99
Telp : +62 823-625-99888
WhatsApp +66 994213287
BBM : e3396fa1
BBM : e3d22d01
Wechat : solusiwin

Jam Buka : 24jam/nonstop

Jumat, 28 September 2018

ngentot karyawan Rindu Kehangatanmu


Situs agen judi online terpercaya Sebagai kepala bagian umum, tugas Susilo pagi itu memang sangat sibuk. Jam tujuh lewat sepuluh menit, dia sampai di kantor. Anak buahnya yang terdiri dari petugas kebersihan dan pesuruh kantor, sudah menunggu kedatangannya, untuk menerima perintahnya – pekerjaan apa yang harus mereka lakukan. Tanpa membuang waktu lagi, Susilo langsung saja membagi tugas. Sebagian mempersiapkan ruang pertemuan yang akan digunakan sebagai ruang serah terima jabatan pimpinan dari pimpinan yang lama ke pimpinan yang baru – yang akan di teruskan dengan perkenalan. Sebagian lagi, di tugaskan untuk mempersiapkan konsumsi.

Sementara Susilo dan para bawahannya sibuk berbenah, para karyawan yang lain tampak saling membicarakan calon pimpinan mereka yang baru, yang akan menggantikan Pak Hengki.

“Katanya sih seorang cewek.” Celetuk salah seorang karyawan.
“Galak tidak, ya?” tanya yang lain.
“Semoga saja tidak seperti Pak Hengki.” Harap seorang karyawan.

Jam delapan lewat lima belas menit, empat buah mobil mewah berhenti di pela-taran parkir kantor. Segera para bawahan Susilo yang di tugasi menyambut dan membukakan pintu mobil melaksanakan tugas mereka. Dari keempat mobil itu, turun empat orang para pemimpin perusahaan. Salah seorang dari mereke, adalah seorang perempuan berusia sekitar tiga puluh lima tahun, berwajah cantik, hidung bangir, bodi sintal.

Semua karyawan pun bertanya-tanya, siapa perempuan setengah baya yang masih tampak cantik dan anggun itu? Sebab mereka semua belum tahu, siapa perempuan itu. Meski ada pula yang menduga-duga, apa mungkin perempuan cantik itu yang bernama Bu Siti Nara? Calon pimpinan mereka? Kalau ketiga lelaki yang mengiring perempuan cantik itu, adalah Pak Hengki, pimpinan yang akan diganti. Sedang dua lelaki yang berjalan di belakang mereka, adalah Pak Suryo dan Pak Handoko, direktur operasional dan direktur personalia.

Keempat orang itu masuk. Di lobbi, beberapa karyawan dan staf menyambut dengan anggukan kepala dan senyum ramah. Lalu mereka menaiki tangga, menuju ke lantai dua kantor itu. Di sana, mereka kembali di sambut oleh seluruh staf dan karyawan dengan ramah dan hormat. Setelah itu, baru kemudian keempat pimpinan perusahaan itu langsung menuju ke ruang pertemuan. Di mana akan diadakan acara serah terima jabatan dan juga perkenalan.

Semua karyawan dan staf semakin yakin, bahwa perempuan cantik jelita dan anggun mempesona itu, tentulah Siti Nara, calon pimpinan mereka yang baru. Yang akan menggantikan Pak Hengki.
“Saudara-saudara sekalian, hari ini akan diadakan acara serah terima jabatan pimpinan utama perusahaanini, dari Pak Hengki yang akan pindah tugas ke Surabaya, kepada Ibu Siti Nara. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan acara pelepasan dan perkenalan . . .” protokol memberitahukan. Setelah itu, acara serah terima jabatan yang di saksikan oleh beberapa orang manager dan kepala bagianpun dilaksanakan.

Pak Hengki selaku mantan pimpinan diberi waktu untuk menyampaikan sambutan sebagai ungkapan perasaannya sebelum pergi meninggalkan kantor dan para karyawannya.

“Sebenarnya saya merasa berat sekali meninggalkan teman-teman yang selama ini telah banyak memberikan bantuan serta menjali kerja sama dengan saya. Namun di karenakan adanya tugas baru yang harus saya laksanakan, maka dengan berat hati terpaksa saya harus menerima perpisahan ini . . .” Pak Hengki sejenak menghentikan ucapannya. Menarik napas dalam-dalam. Lalu setelah memandang sesaat ke arah perempuan cantik yang berdiri di sampingnya, Pak Hengki meneruskan : “ . . . saya akan pergi meninggalkan kalian semua yang saya cintai. Namun sebelumnya, terlebih dulu saya meminta maaf pada kalian semua, apabila selama saya menjadi pimpinan di perusahaan cabang ini pernah – bahkan mungkin sering membuat kelalaian maupun kesalahan, kiranya kalian berkenan memafkan. Dan kepada Ibu Siti Nara, saya ucapkan selamat datang dan selamat bekerja. Kiranya, Bu Nara bisa meningkatkan kwalitas dan kwantitas di perusahaan ini.”

Selesai Pak Hengki menyampaikan sambutan, kemudian diteruskan sambutan yang disampaikan oleh Ibu Siti Nara.

“. . . terimakasih saya ucapkan pada semuanya, yang telah memberikan sambutan pada saya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Hengki, saya akan berusaha untuk bisa meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil kerja di perusahaan ini. Dan kepada Pak Hengki, saya pribadi maupun seluruh staf dan karyawan di perusahaan ini mengucapkan selamat jalan dan selamat menjalankan tugas baru. . .”
Selesai acara serah terrng disampaikan oleh Ibu Siti Nara.
“. . . terimakasih saya ucapkan pada semuanya, yang telah memberikan sambutan pada saya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Hengki, saya akan berusaha untuk bisa meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil kerja di perusahaan ini. Dan kepada Pak Hengki, saya pribadi maupun seluruh staf dan karyawan di perusahaan ini mengucapkan selamat jalan dan selamat menjalankan tugas baru. . .”
Selesai acara serah terima dan sambutan, dengan diiringi oleh para direksi dan manager serta kepala bagian, Pak Hengki meninggalkan ruangan itu. Menuju ke lantai lima paling atas, menyalami seluruh staf dan karyawan dan mengucapkan selamat tinggal. Sedangkan Ibu Siti Nara yang mendampingi Pak Hengki, menyalami mereka sambil memperkenalkan diri dan memberitahu bahwa dia akan menggantikan Pak Hengki di kantor itu.

Panduan cara bermain Dari lantai lima, mereka turun ke lantai di bawahnya, dan seterusnya sampai di lantai dasar dan mengantar Pak Hengki sampai masuk ke dalam mobilnya. Berdiri di teras kantor. Mereka baru masuk kembali, setelah Pak Hengki dengan mobilnya melaju meninggalkan pelataran parkir kantor.
Ibu Nara kemudian diantar menuju ke ruang kerjanya yang berada di lantai tiga.

“Kami berharap kiranya di bawah kepemimpinan ibu, kwalitas dan kwantitas hasi di teras kantor. Mereka baru masuk kembali, setelah Pak Hengki dengan mobilnya melaju meninggalkan pelataran parkir kantor.

Ibu Nara kemudian diantar menuju ke ruang kerjanya yang berada di lantai tiga.
“Kami berharap kiranya di bawah kepemimpinan ibu, kwalitas dan kwantitas hasil kerja kami meningkat,” kata Pak Suryo.

“Benar, Bu. Semoga ibu berkenan membimbing dan menegur kami jika ibu mendapatkan kekurangan atau kesalahan yang kami perbuat dalam menjalankan tugas,” timpal Pak Handoko.
“Begitu halnya dengan saya. Kiranya jika saya ada kelalaian atau kekurangan, Pak Suryo dan Pak Handoko, berkenan memberi teguran dan saran,” balas Bu Nara sambil tersenyum, yang semakin menambah cantik dan anggun wajahnya.

“Selamat bekerja, Bu,” kata Pak Suryo dan Pak Handoko hampir bersamaan.
“Terimakasih.”
Pak Suryo dan Pak Handoko pun pergi meninggalkan ruang kerja Bu Nara.
Sepeninggal kedua orang direktur itu, Siti Nara tidak langsung memegang dan mengerjakan tugas-tugasnya. Sesaat dia menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi kerjanya yang empuk. Ditengadahkan wajahnya, memandang ke langit-langit ruang kerjanya. Dihelanya napas panjang dan berat. Hatinya bertanya, apakah dengan kedudukannya yang baru dan tinggi sebagai direktur utama, dia telah mendapatkan kebahagiaan sebagaimana yang dia harapkan?

Sepi. Lagi-lagi kesepian yang dia rasakan. Tidak di rumah, tidak di kantor, maupun dimana saja dia berada. Hatinya yang kecewa, membuatnya jadi merasa kesal dan dendam. Dan kekesalan serta dendam yang ada di hatinya itulah, yang membuat hidupnya jadi terasa sepi. Dan itu semua dikarenakan lelaki. Sebab, lelaki-lah yang telah membuatnya jadi begitu. Kesepian. Memendam rasa kecewa, dendam dan benci. Sehingga sampai dia berusia tiga puluh lima tahun, dia belum menikah. Dia masih sendiri, dan tetap akan sendiri. Entah sampai kapan. Sebab hatinya sudah membeku untuk bisa menerima cinta dari seorang lelaki. Hatinya terlanjur sakit. Sakit yang di sebabkan oleh perbuatan lelaki.

Kurang apa aku ini? Tanyanya dalam hati pada diri sendiri. Wajah dan tubuhku tak jelek. Tetapi, kenapa dia tega menyakitiku? Kenapa dia tega meninggalkanku dan lari ke perempuan lain, setelah puas merenggut kegadisanku?

Ingatnya, seketika kembali melayang pada kejadian beberapa tahun yang silam. Pada mantan kekasihnya yang tega mengkhianati dan menyakiti dirinya. Ya, lelaki yang dicintai dengan sepenuh hati, ternyata tega mengkhianati dan menyakiti perasaannya. Tega meninggalkannya begitu saja dan menikah dengan perempuan lain, setelah dia menyerahkan kehormatannya. Menyerahkan segala-galanya.
***
Siti Nara tersadar dari lamunannya, ketika pintu ruang kerjanya terdengar di ketuk dari luar. Segera dia membetulkan letak duduknya. Menegakkan punggung dan duduk dengan sempurna memandang ke arah pintu ruang kerjanya yang diketuk.
“Masuk!” perintahnya.
Perlahan namun pasti, pintu ruang kerja itu terbuka. Masuk seorang lelaki muda dan tampan dengan bibir tersenyum simpati. Lelaki itu menganggukkan kepala hormat.
“Selamat pagi, Bu?” sapanya.
“Pagi. Ada apa?”
“Maaf, Bu. Ibu minumnya apa?”
“Kamu pelayan di sini?”
“Bukan, Bu. Saya kepala bagian umum.”
“Siapa namamu?”
“Susilo, Bu.”
“Kenapa tidak anak buahmu saja yang kemari?”
“Maaf, Bu. Saya kawatir kalau anak buah saya yang langsung menemui Ibu. Ibu kurang berkenan. Karena itulah, saya memberanikan diri menemui Ibu.”
Siti Nara terdiam sesaat dengan mata memandang lekat ke wajah Susilo. Yang di pandang, tak berani mengangkat muka. Merasa di pandang, Susilo malah semakin menundukkan kepala dalam-dalam.
“Apa ada pelayan kantor yang perempuan?” tanya Siti Nara.
“Tidak ada, Bu. Semua laki-laki.”
“Hmm . . .” Siti Nara menggumam. “Baiklah. Aku minta air putih saja.”
“Baik, Bu. Akan saya suruh anak buahku untuk mengantarnya.”
“Anak buahmu?” ulang Siti Nara dengan kening mengerut.
“Ya, Bu.”
“Kenapa tidak kamu?” tanya Siti Nara.
“Kalau memang itu yang Ibu inginkan. Baiklah. Permisi, Bu.”
“Mau kemana?”
“Bukankah Ibu menginginkan segelas air putih?”
“Ya.”

“Kalau begitu, saya akan segera mengambilkannya. Permisi . . .”
Susilo melangkah mundur ke arah pintu, kemudian keluar sambil menutup pintu ruang kerja pimpinannya.
Siti Nara tersenyum sendiri, melihat apa yang baru saja dilakukannya. Dimana dia telah membuat salah seorang lelaki harus menuruti perintahnya. Padahal, tak seharusnya lelaki itu melakukannya, karena Susilo adalah kepala bagian. Seharusnya yang melayani masalah minuman dan makan siang pimpinan perusahaan itu, adalah anak buahnya – yaitu pesuruh kantor atau office boy. Namun Siti Nara sengaja menyuruh Susilo langsung, untuk sekedar membuktikan, apakah dirinya mampu membalas sakit hatinya pada laki – laki. Dan nyatanya, dengan jabatan serta kedudukannya, dia mampu melakukannya.
Sambil menunggu Susilo kembali dengan membawakan minuman untuknya, Siti Nara pun mulai membuka-buka map-map berisi surat-surat yang harus ditandatanganinya.
Baru membuka satu map saja, dia sudah melihat adanya kesalahan laporan dari salah satu bagian : segera dia menekan nomor telepon ke sekretarisnya.
“Tolong kau kemari!” printahny.
“Baik, Bu,” terdengar jawaban sang sekretaris.
Siti Nara meletakkan kembali teleponnya, lalu dia kembali memeriksa laporan itu sambil menunggu sang sekretaris datang menemuinya.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu ruang kerjanya di ketuk dari luar.
“Masuk!”
Pintu terbuka. Masuk Susilo membawakan segelas air putih sebagaimana yang di minta oleh Siti nara.
“Ini, Bu.”
“Letakkanr.
“Masuk!”
Pintu terbuka. Masuk Susilo membawakan segelas air putih sebagaimana yang di minta oleh Siti nara.
“Ini, Bu.”
“Letakkan di situ.” Siti Nara menunjuk sudut mejanya yang kosong.
Susilo pun meletakkan gelas berisi air putih yang tertutup dan di tataki dengan lepek di tempat yang ditunjuk.
“Kalau Ibu ada keperluan lagi, jangan sungkan-sungkan memanggil saya di pesawat 011,” kata Susilo.
“Ya.”
“Permisi, Bu.”
“Ya.”
Susilo hendak melangkah untuk pergi meninggalkan ruangan itu, ketika Siti Nara memanggilnya. “Hei, sebentar . . .!
Susilo menghentikan langkahnya, lalu berbalik. “Ada apa, Bu?”
“Siapa namamu?”
“Susilo, Bu.”
“Kau kepala bagian umum?”
“Ya, Bu.”
“Ini ruangan dibersihkan tidak, sih?” tanya Siti Nara dengan wajah menunjukkan rasa tak senang.
“Dibersihkan, Bu. Bahkan tiap pagi dan sore, oleh bawahan saya disedot dengan penyedot debu.”
“Kok kotor amat?! Cepat bersihkan.”
“Baik, Bu. Akan saya suruh anak buah saya yang bertugas di ruangan ini membersihkannya.”
“Anak buahmu?”
“Ya, Bu.”

“Tidak. Aku tidak percaya pada anak buahmu nyatanya ruangan ini masih kotor. Aku ingin kau yang membersihkannya.”
Tersentak kaget Susilo mendengar perintah pimpinannya itu. Ada apa sebenarnya dengan pimpinannya yang baru itu? Tak semestinya dia diperintah membersihkan ruangan, karena itu adalah tugas bagian kebersihan. Sedang dia adalah seorang kepala bagian. Ini sudah sangat keterlaluan sekali. Namun Susilo tak berani menolak apalagi menentang perintah pimpinan.
“Kok masih diam? Cepat ambil penyedot debu dan bersihkan ruangan ini!” perintah Siti Nara.
“Baik, Bu.”
Susilo pun segera keluar meninggalkan ruangan itu untuk mengambil alat penyedot debu.
Tak beberapa lama, masuk Yunita sekretaris direksi.
“Pagi, Bu?”
“Pagi. Kau sekretaris di sini?”
“Ya, Bu.”
“Mana yang namanya Sulistio?” tanya Siti Nara.
“Ada apa memangnya, Bu?”
“Suruh dia kemar, Bu?”
“Suruh dia kemari!”
“Baik, Bu.”
Yunita pun bergegas keluar meninggalkan ruangan itu untuk memanggil Sulistio, kepala bagian Administrasi Kredit.
Siti Nara kembali memeriksa berkas-berkas laporan yang lannya dengan teliti dan seksama. Saat itu, masuk Susilo dengan membawa penyedot debu. Susilo pun langsung menjalankan pekerjaanya, menyedot debu yang ada di ruangan itu. Sedang Siti Nara, bagai tak terganggu oleh suara mesin penyedot debu trus saja bekerja memeriksa berkas – berkas laporan.
Dari luar, terdengar ketukan pintu. Siti Nara menghentikan pekerjaannya, memandang ke arah pintu yang di ketuk.
“Masuk!”
Pintu terbuka. Muncul seorang lelaki berusia sekitara tiga puluh lima tahun.
“Selamat pagi, Bu?”
“Pagi. Anda yang bernama Sulistio?”
“Benar, Bu.”
“Anda ini bagaimana, sih? Masak buat laporan begini saja tidak becus! Lihat ini!” Siti Nara menyodorkan map yang berisi berkas laporan yang dibuat Sulistio. Yang dengan segera diterima oleh Sulistio dengan wajah menunjukka rasa heran dan tak mngerti.
Heran, karena melihat Susilo mengerjakan pekerjaan yang seharusnya tidak dia lakukan. Sebab Susilo adalah seorang kepala bagin. Yang seharusnya melakukan, adalah bawahannya. Tak mengerti, karena dia merasa laporannya benar. Tetapi kenapa Bu Nara menyalahkannya.
“Coba periksa lagi!” perintah Siti Nara.
“Maaf, Bu. Saya tidak melihat kesalahannya.”
“Hei, apa mata anda sudah minus? Kesalahan segitu menyoloknya, sampai tidak melihat! Coba perhatikan sekali lagi!” bentak Siti Nara kasar, yang membuat Sulistio semakin bertambah bingung, sekaligus juga kesal. Dia pun kembali berusaha memeriksanya. Dan memang, akhirnya dia menemukannya. Hanya selirih angka lima puluh. Antara jumlah dan urutan angka-angka. Seharusnya ada jumlah 50 rupiah di jumlah, namun di situ tak tertulis
***
Semakin hari, sikap Siti Nara semakin menjadi-jadi. Semakin banyak staf maupun karyawan lelaki yang kena marah dan kena tegur. Sekecil apapun kesalahan yang diperbuat oleh karyawan pria, maka akan menjadikan masalah yang besar. Padahal kesalahan yang dilakukan karyawan itu mungkin tidak tidak disengaja. Tapi itulah kenyataannya. Jika ada seorang karyawan pria yang berbuat kesalahan, maka Bu Nara akan memarahinya habis-habisan, seakan kesalahan yang di perbuat karyawan itu benar-benar fatal. Sebaliknya, jika karyawati yang berbuat kesalahan, meski kesalahan itu besar dan hampir fatal, Bu Nara diam-diam saja.
Keadaan seperti itu jelas membuat mereka sebagai kaum lelaki merasa diperlakukan tidak adil. Hampir saja teman-teman Susilo mengadakan aksi protes, kalau saja Susilo tidak segera berusaha mencegahnya.
“Tindakannya sudah sangat keterlaluan, Sus,” kata salah seorang teman Susilo dengan nada sewot.
“Jelas itu sebuah diskriminasi, Sus. Masak kalau kaum kita berbuat kesalahan meski sekecil apapun, dia akan marah besar, seakan kesalahan yang kita perbuat sangat fatal? Sedangkan kalau kaumnya yang bebuat kesalahan, walau kesalahan itu hampir fatal, dia diamkan saja. . .!” timpal yang lain.
“Ya, pimpinan macam apa dia? Kalau begitu terus, bisa-bisa hancur perusahaan kita.”
Susilo cukup mengerti akan perasaan mereka. Bahkan, Susilo juga pernah mengalami hal seperti yang mereka alami. Namun, haruskah mereka melakukan unjuk rasa?
“Bagaimana menurutmu, Sus? Apa kita demo saja?”
“Jangan!” larang Susilo.
“Kenapa. . .?”
“Pantaskah kita sebagai lelaki, mendemo seorang perempuan?”
“Kenapa memangnya?”
“Malu. . .”
“Malu kenapa?”
“Ya, malu. . . Masa kita kaum lelaki mendemo seorang wanita hanya karena kita merasa diperlakukan tak adil? Jika hal itu sampai terjadi, lalu dimana harga diri kita sebagai lelaki?”
Semua teman Susilo terdiam, seakan mereka berusaha untuk merenungi perkataan Susilo.
“Lalu, apa kita akan menerima perlakuannya begitu saja?” tanya salah seorang dari teman-teman Susilo.
“Jelas tidak.”
“Terus bagaimana?”
“Jika kalian benar percaya padaku, biarkan aku mengatasi masalah ini,” jawab Susilo berusaha meyakinkan mereka.
“Apa yang akan kau lakukan, Sus?”
“Percayalah, aku akan berusaha mengadakan pendekatan daengannya. Aku akan berusaha meminta keadilan darinya, dan memintanya agar tidak semena-mena kepada kita.”
“Bagaimana jika dia menolak?”
“Aku akan membawa permasalahan inike kantor pusat,” jawab Susilo.
Teman-teman Susilo pun akhirnya pada diam, menuruti apa yang diaktakan. Dan sebelum Bu Nara datang, mereka yang semula bermaksud mogok kerja dan hendak melakukan demo, akhirnya mau kembali bekerja.
Ketika Bu Nara datang, semua karyawan sudah bekerja di bagiannya masing-masing. Kemudian setelah Bu Nara masuk keruang kerjanya, Susilo pun berusaha menemuinya.
“Ada apa, Sus?!” tanyanya dengan nada nada tinggi, seakan dia benar-benar tak menginginkan kehadiran Susilo di ruang kerjanya.
“Maaf, saya ingin bicara dengan ibu.”
“Mengenai apa?!”
“Masalah kantor.”
“Ada apa memangnya dengan kantor?”

Susilo pun menceritakan kepada atasannya itu akan apa yang hampir terjadi, kalau saja dia tak segera mencegah. Siti Nara terdiam. Wajahnya pun tak lagi menunjukkan kekerasan dan keangkuhan, tetapi berubah menjadi murung. Bahkan akhirnya dia menundukkan kepala, seakan berusaha menyembunyikan sesuatu keadilan yang tergambar di raut wajahnya.
“Kali ini saya masih bisa mengatasi mereka. Saya kwatir, jika ibu masih masih terus menunjukkan sikap seperti yang selama ini ibu tunjukkan,” kata Susilo berusaha mengingatkan.
Siti Nara semakin bertambah diam dengan kepala semakin dalam menunduk. Bahkan, dari kedua sudut matanya mengalir dua butir air bening.
“Maaf kalau apa yang telah saya katakan, telah membuat perasaan ibu tersinggung. Sekali lagi saya minta maaf, sungguh saya tak bermaksud menyinggung perasaan ibu,” kata Susilo dengan hati-hati.
“Tidak. . . Tidak apa-apa. Terimakasih atas perhatianmu.”
“Ah, itu sudah menjadi kewajiban dan tugas saya, Bu.”
“Ya, namun kalau kau tak punya perhatian, mungkin akibatnya akan lain. Sekali lagi, terimakasih. . .”
“Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya permisi, Bu. . .”
Susilo baru saja hendak melangkah ke pintu untuk keluar. Ketika terdengar suara Siti Nara memanggilnya.
“Sus. . .”
Susilo yang semula bermaksud meninggalkan ruang kerja itu, akhirnya menghentikan langkahnya. Lalu membalikkan tubuh, kembali menghadap ke arah Siti Nara.
“Ya, Bu. . .?”
“Bisakah nanti sepulang kerja kau ikut kerumahku?”
“Ada apa memangnya, Bu?”
“Tak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu ngobrol saja untuk bertukar pikiran. Bagaimana, kau bersedia kan . . .?” tanyanya setelah mengharap.
“insyaallah, Bu.”
“Saya sangat berharap sekali kau bisa datang ke rumahku.”
“Akan saya usahakan, Bu.”
“Terimakasih, Sus.”
` “Sama-sama, Bu. Permisi . ..”
“Ya.”
Dengan hati lega setelah mendapatkan keputusan dari Bu Nara, Susilo pun pergi meninggalkan ruang kerja Bu Nara dan kembali ke ruang kerjanya,
Teman-temannya yang sudah menunggu dan ingin tahu hasil yang didapat Susilo,langsung mendatangi.
“Bagaimana, Sus?”
“Sudah aku sampaikan kepadanya.”
“Terus, bagaimana tanggapannya?”

“Kita lihat saja nanti . . .” jawab Susilo sembari duduk dikursi kerjanya untuk memulai bekerja. Namun rupanya teman-temannya yang belum merasa puas atas jawabanSusilo, terus saja mengerubunginya dan meminta penjelasan yang mendetail dari Susilo.

Saat itu, Bu Nara masuk. Kehadirannya yang tiba-tiba, membuat karyawan dan staf yang sedang mengerubungi Susilo tak sempat untuk tertib. Bahkan mereka malah berdiri mematung, seakan tegangdan takut kalau-kalau Bu Nara akan memarahi mereka.

“Selamat pagi, Bu . . .?” sapa Susilo.
“Pagi. . .” jawab Bu Nara sambil tersenyum. Ah, senyum yang manis dan baru saja mengulas bibirnya setelah hampir seminggu tak ada senyum di sana. “Bagaimana kabar kalian hari ini?” tanyanya dengan ramah, yang membuat mereka seketika semakin bertambah terperangah,namun kali ini bukannya tegang, justru sebaliknya, wajah mereka menggambarkan kecerahan.

“Baik, Bu. . .”jawab mereka serempak.” Ibu sendiri, bagaimana kabarnya pagi ini, Bu . . .?”
“Baik. . .”

Ah, sungguh Susilo merasa bersyukur, karena akhirnya Bu Nara yang selama ini terkenal galak dan judes, bisa berubah menjadi ramah dan murah senyum. Meski begitu, Susilo tak bisa dibohongi, bahawa semua dilakukannya karena terpaksa. Di wajahnya, masih tergambar jelas kesedihan dan kemurungan. Entah apa yang membuatnya sedih dan murung. Beruntung hanya Susilo yang tahu, sedang karyawan dan staf lain tidak.

“Ee, begini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudara yang telah banyak memberikan perhatian dan kritik kepada saya, baik yang langsung maupun tidak langsung. Dan saya juga minta maaf, kalau selama ini sikap saya telah membuat saudara-saudara tersinggung,” kata Bu Nara dengan suara lirih dan nada penuh ketulusan.

“Sama-sama, Bu. Kami juga minta maaf, kalau ada kesalahan yang telah mereka lakukan.” Timpal Susilo mewakili teman-temannya.

Panduan Sbobet Bu Nara kemudian menyalami Susilo, juga menyalami teman=teman yang dengan wajah menunjukkan kegembiraan atas perubahan sikap Bu Nara menyambuti uluran tangan perempuan cantik yang menjadi atasan mereka.

“Oke, selamat bekerja, saya berharap dukungan sepenuhnya dari saudara-saudara.”
“Teimakasih, Bu.”

Setelah Bu Nara pergi, teman-teman pun langsung menyalami Susilo dan mengucapkan terimakasih kepadanya yang menurut penilaian mereka telah mampu membuat sikap Bu Nara berubah.

BACA JUGA : Gairah nafsu tetek besar pembantuku

Untuk menghubungi kami Di Onestepwin :



Live chat : Onestepwin.com
Link Alternatif : Solusiwin.com

Line : Onestepwin
Line : Onestepwin99
Telp : +62 823-625-99888
WhatsApp +66 994213287
BBM : e3396fa1
BBM : e3d22d01
Wechat : solusiwin

Jam Buka : 24jam/nonstop